Info Terbaru 2022

Arah Dan Desain Pengembangan Kurikulum K13 Pendidikan Kesetaraan Terbaru 2018

Arah Dan Desain Pengembangan Kurikulum K13 Pendidikan Kesetaraan Terbaru 2018
Arah Dan Desain Pengembangan Kurikulum K13 Pendidikan Kesetaraan Terbaru 2018
Visiuniversal----Kurikulum dikembangkan sejalan dengan tantangan dan dinamika yang dihadapi oleh masyarakat pada jamannya. Pengembangan kurikulum harus memperberat sebelahkan karakteristik dan kesiapan penerima didik, mengingat  timgngginya keragaman latar belakang keluarga dan masyarakat kawasan tumbuh kembang penerima didik. Hal ini sejalan dengan pendekatan pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan bahwa pendidikan kesetaraan diperuntukkan untuk mengatasi dilema putus sekolah, atau droup-out, atau dislokasi penerima didik dari sekolah formal lantaran banyak sekali sebab. Selain itu, pendidikan kesetaraan juga diharapkan lantaran dilema keterbatasan akses, atau ke dakdapat an mencapai berharap memasuki sekolah formal, lantaran keterbatasan kawasan atau ruang di sekolah formal dalam menampung angkatan penerima didik yang terus bertambah. Ludang keringh dari itu, pendidikan kesetaraan juga diharapkan sebagai penciptaan ruang kreatif, atau arena sosial atau arena publik yang kreatif dan produktif, atau sebagai pendidikan alternatif untuk menumbuhkan kewirausahaan, keterampilan khusus, kecakapan hidup khusus dalam bidang-bidang tertentu, dan kemampuan memasuki dunia kerja. Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan melaksanakan kontekstualisasi Kurikulum 2013 pendidikan formal melalui konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi kata kerja operasional, dan rumusan kalimat. Kontekstualisasi tetap mengacu pada sesuai ketentuan komp etensi lulusan ibarat yang terdapat dalam pendidikan formal. Kurikulum 2013 mempunyai dimensi pengetahuan, melatih keterampilan yang berorientasi pada pemahaman dan pengalaman sosial serta prakk, dan memperkuat kesepakatan publik penerima didik melalui proyek-proyek keterlibatan sosial. 

Unit pertama dari Modul 1 Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan menargetkan penerima pela han mampu: 

  • Memahami seni administrasi pengembangan kurikulum pendidikan kesetaraan dengan memperhatikan target penerima didik dan permasalahannya, jadwal prioritas yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan, dan proses pemberdayaan dalam pendidikan kesetaraan.
  • Membedakan kelompok umum dan kelompok khusus dalam struktur kurikulum kesetaraan. 
  • Memahami prinsip dan seni administrasi kontekstualisasi kurikulum pendidikan kesetaraan kelompok umum.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN KESETARAAN

Mengiku  data dari Badan Pusat Sta s k terkait  ngkat pendidikan yang  dak berbanding lurus dengan  ngkat keterserapan ke dunia kerja, ditunjukkan bahwa pada tahun 2015 pengangguran lulusan Sekolah Menengan Atas sebesar 21,88% menempa  posisi ter nggi kedua sehabis lulusan SD (24,15%) dari total 17.300.019 penduduk usia 15 tahun atau ludang keringh yang menganggur (Agus Suwignyo dalam Kompas, 2018). Ludang keringh lanjut Agus Suwignyo menegaskan jikalau banyaknya tenaga kerja pada kelompok lulusan SD dan SLA ini mungkin menjadi faktor mengapa pengangguran ter nggi dari kelompok penduduk dengan dua kategori pendidikan tersebut. Kond isi itu bukan hanya lantaran mutu, tetapi juga lantaran keterbatasan jalan masuk dan keberlanjutan pend idikan yang menjadi penyumbang bagi rendahnya daya saing bangsa. Permasalahan putus sekolah, pengangguran, kemiskinan ini merupakan tantangan bagi pendidikan kesetaraan. Keberadaan pendidikan kesetaraan mempunyai dua pengertian dan klarifikasi ke daksetaraan, yaitu, pertama ke daksetaraan secara sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat, dan kedua, ke daksetaraan dalam jalan masuk pada pendidikan. Dengan kondisi seper  ini maka pendidikan kesetaraan dirancang dengan memperha kan kondisi-kondisi khusus dan varia f dari pes erta didik, keterkaitan dengan vokasi, memmemberikankan legalitas akdingin dan damaiis sehingga bisa mengakses pada peluang pekerjaan dan peningkatan karir masa depan. Untuk itu, di bawah ini akan dipaparkan rancangan atau desain kurikulum pendidikan kesetaraan dengan perspek f pad a seni administrasi pemberdayaan dan tetap mengacu pada pengembangan Kurikulum 2013.

Desain Pengembangan Kurikulum 2013 Memasuki peradaban periode 21, terjadi pergeseran pemikiran pembangunan dari pembangunan berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menuju pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Ini membutuhkan penanganan tersendiri dari kudang keringjakan dan prak k pendidikan di Ind  onesia. Merespon kebutuhan itu, pemerintah telah menyempurnakan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 yang secara khusus dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi gres bangsa biar mempunyai kemampuan sebagai langsung orang remaja dan warga negara yang berpengetahuan, berketerampilan, mempunyai perilaku religius, e ka sosial yang  nggi, dan pen uh tanggungtpendapat terhadap perkembangan diri dan masyarakatnya untuk menopang pembangunan bangsa (Inspirasi Pembelajaran dan Pepenilaianan Mata Pelajaran Sosiologi, 2016). 

Ide kurikulum yaitu komponen kurikulum yang mentpendapat secara fi losofi s, teori s, prinsip, model untuk menyebarkan potensi penerima didik menjadi kualitas yang diinginkan. Ide Kurikulum 2013 merujuk pada fi losofi  Pancasila dan berakar pada budaya yang bermacam-macam atau bhinneka. Secara teori k dan prinsip belajar, Kurikulum 2013 yaitu kurikulum berbasis karakter, pengetahuan dan kemampuan kogni f  nggi serta ketrampilan  nggi, berbasis lingkunga n budaya-sosial-ekonomi-teknologi, membudayakan masyarakat di sekitarnya, men gembangkan kemampuan periode ke-21, penerima didik berguru ak f, penerima didik yaitu subjek dalam bel ajar, dan kudang keringasan berguru sepanjang hayat (Hamid Hasan, 2018). Selanjutnya Hamid Hasan menjelaskan bahwa desain Kurikulum 2013 yaitu desain kurikulum berbasis kompetensi yang integra f, yaitu tiruana aktivitas pembelajaran ditujukan untuk pengembangan karakter, ilmu, teknologi, seni, dan penggunaan ilmu. Untuk mengintegrasikan pendidikan karakter, disiplin ilmu/teknologi/seni, dan penggunaan ilmu dipakai Kompetensi In  (KI) yaitu kompetensi yang mengikat tiruana isi atau Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran. KI meliputi empat aspek pen ng, yaitu penumbuhan perilaku religius (KI-1), pengembangan e ka sosial (KI-2), penguasaan pengetahuan (KI-3), dan prak k pengetahuan atau keterampilan (KI-4). Melalui keemp at Kompetensi In  tersebut, diharapkan proses pembelajaran bisa menyebarkan kemampuan penerima didik sebagai pewaris dan pengembang budaya bangsa dalam kapasitasnya seb agai orang remaja atau warga negara yang bertanggungtpendapat terhadap permasalahan sosial dan tantangan yang dihadapi bangsa (Inspirasi Pembelajaran dan Pepenilaianan Mata Pelajaran Sosiologi, 2016). Pelaksanaan Kurikulum 2013 membutuhkan perubahan contoh pikir dalam proses pembel anutan yang menekankan pada pembelajaran ak f untuk mencapai penguasaan ilmu penget ahuan (Knowledge/K) yang memadai, serta dijalankan pada prak k pengetahuan untuk pengembangan keterampilan (Skill/S) dan menumbuhkan perilaku religius dan e ka sosial yang  nggi (A  tude/A) pada penerima didik. Sedangkan hasil dari proses pembelajaran atau pemanfaatan nan nya akan ditampilkan oleh penerima didik dari a  tude atau perilaku (A), dan skill (S) atau keterampilan yang mumpuni, serta penguasaan pengetahuan atau knowledge (K) yang memadai. Gambaran perihal pembentukan  ga dimensi kompetensi dalam proses pembelajaran dan pemanfaatan hasil berguru yaitu sebagai memberikankut.

Pencapaian kompetensi itu hanya sanggup diperoleh bila ada koherensi kurikulum. Kurikulum yang baik secara konten apabila  dak disertai penger an dan kemampuan bagi aktornya untuk menghidupinya dalam pengalaman juga  dak akan sanggup dijalankan. Konten yang paripurna, keaktoran yang kompeten juga akan mengalami ketidak ringan dan sepelean apabila  dak ditopang oleh jaminan ins tusional yang selaras dengan jiwa dan pemikiran kurikulum yang dimaksud. Dengan dem ikian, konsistensi dan koherensi dalam kurikulum melipu  beberapa dimensi dasar. Pertama, dimensi material yang melipu  rentang tekstual elemen kurikulum mulai dari pemikiran, konsep dasar kurikulum sampai klasifikasi kurikulum itu ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran. Dim ensi kedua yaitu dimensi keagenan dan dimensi ins tusional dalam kurikulum. Dimensi keagenan menyangkut pelaku atau aktor-aktor yang menghidupkan kurikulum itu dalam pengalaman atau prak k, dalam hal ini guru atau pendidik dan penerima didik. Dimensi ke ga men yangkut ins tusi yang mendukung supaya kurikulum itu sanggup dihidupkan sebagai prak k yakni sekolah atau satuan pendidikan (Robertus Robert, 2015). Hubungan 3 dimensi biar terjaga konsistensi dan koherensi kurikulum sanggup digambarkan sebagai memberikankut.

Pendidik mempunyai tugas yang sangat pen ng dalam prak k pendidikan lantaran fungsinya dalam menghidupi kurikulum. Oleh lantaran itu, pendidik idealnya bisa membuat ruang pembelajaran yang kri s, emansipatoris, dan mendorong penerima didik berangasan dalam prak k pengetahuan dengan terlibat dalam pemecahan dilema di masyarakat. Pendidikan yang humanis akan terselenggara bila pendidik menjalankan fungsi dan kiprahnya secara op mal seb agai agensi perubahan dalam proses transformasi dan peningkatan kualitas pendidikan.
Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan Pendidikan kesetaraan diharapkan terutama untuk mengatasi dilema putus sekolah, atau droup-out, atau dislokasi penerima didik dari sekolah formal lantaran banyak sekali sebab. Selain itu, pendidikan kesetaraan juga diharapkan lantaran dilema keterbatasan akses, atau ke dakdapat an mencapai berharap memasuki sekolah formal, lantaran keterbatasan kawasan atau ruang di sekolah formal dalam menampung angkatan penerima didik yang terus bertambah. Ludang keringh dari itu, pendidikan kesetaraan juga diharapkan sebagai penciptaan ruang krea f, atau arena sosial atau arena publik yang krea f dan produk f, atau sebagai pendidikan alterna f untuk menumbuhkan kewirausahaan, keterampilan khusus, kecakapan hidup khusus dalam bidang-bidang tertentu, dan kemampuan memasuki dunia kerja (Naskah Akdingin dan damaiik Pendidikan Kesetaraan, 2015). Selanjutnya dengan melihat latar peruntukkan pendidikan kesetaraan untuk mengatasi mas alahmasalah yang dihadapi penerima didik, dalam naskah akdingin dan damaiik (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2015) dijelaskan bahwa jadwal prioritas pendidikan kesetaraan adalah, pertama, merupakan jadwal setara yaitu kualitas lulusan se ngkat den gan pendidikan formal. Dalam hal ini pendidikan formal maupun pendidikan non formal atau pendidikan kesetaraan merupakan forum pendidikan yang sama-sama diorientasikan unt uk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, merupakan jadwal khusus yaitu muatan pemberdayaan dimaksudkan untuk memberdayakan atau memampukan penerima didik mengatasi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi dihadapi. Pendidikan merupakan praktek pemb entukan kepribadian yang mandiri, otonom, penuh percaya diri dalam ber ndak, dan sekaligus sebagai praktek rekayasa sosial atau pembangunan komunitas. Sedangkan muatan keterampilan dimaksudkan sebagai programprogram khusus sesuai karakteris k kelompok sas aran yang dihadapi. Muatan keterampilan ini dimemberikankan biar penerima didik terutama usia prod uk f mempunyai keterampilan atau kecapakan hidup untuk berdikari dan tampil sebagai warga yang ak f dan berkonstribusi bagi masyarakatnya. Pendidikan kesetaraan mempunyai misi khusus untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi penerima didik, kualitas lulusan pendidikan kesetaraan haruslah setara dengan pendidikan form  al. Standar kelulusan keduanya perlu ditempatkan dalam  ngkatan yang setara. Penentuan sesuai ketentuan kualitas lulusan itu dilakukan dengan mengacu pada pendidikan formal namun perlu dikontekstualisasikan dengan masalah, tantangan dan kebutuhan yang dihadapi pendidikan kesetaraan, seper  untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus sesuai potensi sumb erdaya manusia, sumberdaya alam, peluang dunia kerja, dan kecakapan hidup untuk mengisi ketersediaan ruang publik tanggapan kemajuan teknologi komunikasi di periode 21 dengan berb agai krea vitas sosial-ekonomi. Mengingat peluangnya yang begitu terbuka itu, pendidikan kes etaraan disini sanggup dipengertian dan penjelasani bukan hanya sebagai pendidikan alterna f untuk mengatasi mas alah, tetapi juga bersifat futuris k untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendorong perkembangan kemajuan masyarakat (Kontekstualisasi Kurikulum Pendidikan Kesetaraan Paket C Mata Pelajaran Sosiologi, 2017). Program setara dengan pendidikan formal dalam pendidikan kesetaraan dikembangkan melalu kontekstualisasi kurikulum. Kontektualisasi dilakukan biar memperringan dan sepele dioperasionalisasikan dan diwujudkan di dalam prak k penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Prinsip yang digunak an dalam melaksanakan kontekstualisasi diubahsuaikan dengan masalah, tantangan, kebutuhan dan karakteris k pendidikan kesetaraan, yaitu: (1) memas kan kompetensi dasar pendidikan kes etaraan setara atau equivalen dengan kompetensi dasar pendidikan formal; (2) mengakibatkan rum usan atau deskripsi kompetensi ludang keringh operasional; dan (3) memmemberikankan tekanan khusus rumusan kompetensi pada aspek pengetahuan, keterampilan dan perilaku biar sanggup dicapai sesuai kebutuhan yang diharapkan, sehingga sanggup mengakibatkan pendidikan kesetaraan bisa berperan sebagai pendidikan alterna f untuk memecahkan dilema sekaligus futuris k dalam peningkatan kualitas dan pengembangan pendidikan. 


PUSTAKA ACUAN 
Cendekiawan Berdedikasi. 25 Juni 2015. Kompas, hlm. 33. Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. Paud dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Naskah Akdingin dan damaiik Pendidikan Kesetaraan. Jakarta. Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. Paud dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Kontekstualisasi Kurikulum 2013 Pendidikan kesetaraan Paket C Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Inspirasi Pembelajaran dan Pepenilaianan Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Naskah Konsep Dasar Peneli an Profi l Lulusan Pendidikan Dasar Terhadap Pembangunan Manusia Dalam Rangka Kudang keringjakan Kurikulum Masa Depan. Jakarta. Robert, Robertus. 2015. Arah Perbaikan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta. Suwignyo, Agus. 2 Mei 2018. Tantangan Pendidikan Kita. Kompas, hlm. 6. 


ANALISIS KONTEKS PENDIDIKAN KESETARAAN

Penyelenggaraan pendidikan untuk terlaksanakan kurikulum yang telah disusun harus mencapai  ngat dampak dan efek fi tas yang  nggi. Ar nya pendidikan tersebut mentpendapat kebutuhan riil dari penerima didik akan peningkatan aspek pengetahuan keterampilan dan perubahan perilaku yang dikehendaki. Untuk itu pen ng dilakukan pemetaan kondisi awal akan forum penyelenggara, calon penerima didik, sumberdaya alam, sumberdaya insan dan kelembagaan di sekitarnya. Analisis sosial merupakan langkah yang pen ng untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, terutama bila ditujukan untuk penerima didik yang telah dewasa, dan diarahkan untuk pemberdayaan dan kemandirian. Kondisi penerima didik sangat unik, mereka dipengaruhi oleh hidup, kondisi sosial budaya di lingkungan masyarakatnya serta mengelola sumberdaya alam yang ada di sekitarnya. Analisis kontekstual memmemberikankan arah sesuai kebutuhan dan kekhasan kondisi penerima didik. Tidak mungkin kelompok penerima didik dalam kelompok masyarakat pantai mendapat kemudahan dan desain layanan pendidikan kesetaraan sebagaimana mereka yang berada di lingkungan pedesaan berbasis pertanian, demikian halnya dengan kondisi pinggiran perkotaan. Pengalaman hidup dan profi l lain penerima didik berbasis gender juga pen ng diperha kan. Perempuan  dak sanggup dianggap mempunyai kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan hidup untuk pemberdayaan yang sama dengan laki-laki. Peran dan pandangan tradisional lokal yang tumbuh di masyarakat pen ng untuk diper mbangkan. Analisis konteks sepenuhnya dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan yang digunakan. 

Dalam konteks pendidikan kesetaraan ini, pemikiran yang dipakai yaitu pemberdayaan guna kemandirian. Perlu diingat bahwa pendidikan pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang kompleks,  dak sanggup hanya dipengertian dan penjelasani sebagai keterampilan perjuangan secara ekonomi, namun juga sanggup berar  membangun kekerabatan sosial biar perjuangan produk f ekonomi menjadi berkelanjutan. Serta banyak sektor penghidupan masyarakat lainnya. Ada bermacam-macam metode dan piran  untuk melaksanakan analisis konteks terkait Pendidikan kesetaraan. Yang paling sering dan dianggap rela f memperringan dan sepele dilakukan yaitu analisis SWOT atau Kekepan, dengan melihat faktor internal penyelenggara, yakni kekuatan dan kelemahan, serta faktor ekternal, yakni peluang dan ancaman. Dari temuan ke empat faktor analisis tersebut, akan menjadi dasar penyusunan prioritas aktivitas sesuai dengan kondisi riil yang dihadapi, sebagai rencana agresi pendidikan kesetaraan yang dampak dan imbastif sebagaimana yang diharapkan.

Demikian mengenai arah dan desain pengembagan kurikulum K13 Pendidikan Kesetaraan terbaru tahun 2018, semoga memberi manfaat. terimakasih.

Advertisement

Iklan Sidebar